Supportive Communication
Semangat pagi para pembaca setia ManajemenSDM.net
Hari ini ada satu artikel yang sangat menarik tentang leadership.
Sembari menikmati udara segar hari ini, mari kita telaah bersama artikel hari ini.
–
Oiya, artikel hari ini ditulis oleh salah satu jagoan di dunia HR dan merupakan salah satu bagian dari buku terbaru yang sedang beliau tulis. Yuk langsung cekidot.
–
“If words of command are not clear and distinct, if orders are not thoroughly understood, the general is to blame. But if his orders ARE clear, and the soldiers nevertheless disobey, then it is the fault of their officers.†– Sun Tzu.
Kompetensi kedua bagi seorang leader adalah ketrampilan komunikasi.
(Silakan baca kompetensi pertama DISINI)
Ada banyak model komunikasi yang bisa kita identifikasikan, seperti komunikasi satu arah, model komunikasi dua arah, persuasif, yaitu melakukan ajakan pada orang lain agar maumelakukan tindakannya dan negosiasi.
Beda dengan model komunikasi diatas, model komunikasi yang perlu dimiliki oleh seorang leader adalah SUPPORTIVE COMMUNICATION.
Apakah itu SUPPORTIVE COMMUNICATION ?
Para ahli pengembangan SDM menjelaskan bahwa Supportive communication adalah tipe komunikasi dalam berinteraksi yang menolong setiap orang untuk berkomunikasi dengan akurat dan jujur tanpa membahayakan hubungan interpersonal.
Hal ini berarti bukan hanya pesan disampaikan dengan akurat, tapi juga hubungan antara dua pihak yang berkomunikasi terjalin.
Dalam setiap organisasi umumnya terdapat masalah berinteraksi antara satu orang dengan orang lainnya.
Apabila hubungan interaksi di suatu perusahaan buruk, perlu bagi perusahaan untuk melakukan coaching & counseling.
Nah, supportive communication perlu diterapkan dan sangat membantu ketika seorang leader melakukan coaching dan counseling padaanak buahnya.
Ketika prinsip supportive communication tidak diikuti ketika pada saat melakukan coaching dan counseling pada anak buah, sering kali terjadi dua masalah utama yang membawa pada hasil yang negatif.
Yang pertama adalah defensiveness.
Apabila individu merasa diancam atau dihukum oleh komunikasi, maka pesan dan hubungan “interaction†terhalangi.
Self-protection menjadi utama, dan sekarang fokusnya adalah lebih pada self-defense daripada mendengarkan. Mengkritik tingkah laku seseorang seringkali diartikan sebagai ancaman.
Tanggapan pada kritikan tersebut pada umumnya adalah marah, menyerang, persaingan, dan menghindari.
Kedua adalah disconfirmation.
Ini terjadi ketika salah satu pihak dalam komunikasi merasa dipermalukan, tidak berhasil, atau tidak penting karena komunikasi.
Penerima pesan merasa harga dirinya sedang dipertanyakan, jadi penerima lebih fokus pada membangun diri mereka daripada mendengarkan.
Tanggapan pada hal ini seringkali meninggikan diri atau memamerkan tingkah laku, kehilangan motivasi, menarik diri, dan hilang rasa hormat pada orang yang melukai hatinya.
Untuk mengatasi dua masalah utama (defensiveness dan disconfirmation) serta membantu bawahan mengubah sikap atau tingkah lakunya, dapat dilakukan pendekatan sebagai berikut :
1. Supportive communication berorientasi pada masalah, bukan berorientasi pada orang. Komunikasi yang berorientasi pada masalah berfokus pada masalah dan solusinya daripada orangnya
2. Supportive communication berdasarkan pada keselarasan, yaitu kesesuaian komunikasi, verbal, dan non verbal, tepat pada apa yang individu atau orang pikirkan dan rasakan.
3. Supportive communication adalah descriptive (penjabaran), bukan evaluative (mengevaluasi).
Ketika orang menggunakan komunikasi evaluative mereka membuat penilaian pada orang lain mengenai tingkah laku mereka -“anda tidak baikâ€, “anda salah melakukannyaâ€,â€anda tidak kompetenâ€. Evaluasi ini biasanya membuat orang lain merasa tertekan dan responnya defensif
4. Supportive communication membuat seseorang validate (dapat diterima).
Komunikasi yang berorientasi pada superiority memberikan kesan bahwa komunikator pintar, sementara yang lain adalah bodoh, mampu sementara yang lain tidak mampu, ini menyebabkan hambatan antara komunikator dengan orang yang memberikan pesan.
Salah satu bentuk umum dari orientasi pada superiority adalah penggunaaan istilah, singkatan kata, atau kata yang digunakan dengan cara tertentu untuk menyingkirkan orang atau menciptakan hambatan dalam hubungan.
Komunikasi validate menolong orang lain dalam menciptakan harga diri dan percaya diri yang dapat tercermin dalam motivasi diri dan perbaikan prestasi.
5. Supportive communication adalah spesifik (berguna).
“Kamu menghabiskan waktu sejam untuk mengatur jadwal meeting hari ini, yang mana hal tersebut bisa dikerjakan oleh asistenmu†menyediakan spesifik informasi yang dapat berguna sebagai dasar perubahan tingkah laku.
6. Supportive communication adalah conjunctive (digabungkan).
Komunikasi conjunctive dapat dilakukan dengan menanyakan pertanyaan berdasarkan pernyataan bawahan sebelumnya, dengan menunggu satu kalimat diselesaikan baru berespon, dan dengan mengatakan hanya 2 atau 3 kalimat.
Sekaligus untuk membiarkan orang lain memiliki kesempatan untuk bicara.
7. Supportive communication adalah owned (dimiliki).
Bertanggung jawab pada pernyataan sendiri, mengakui bahwa sumber dari ide berasal dari dirinya sendiri dan bukan orang lain atau grup adalah owning communication.
8. Supportive communication membutuhkan pendengaran, bukan penyampaian pesan satu arah.
Sering kali terjadi,orang tidak tahu mereka didengarkan atau tidak ketika sampai pendengar menyampaikan beberapa tipe respon.
— Baca : Materi Pengembangan Diri (Personal Development), dapatkan disini
–
Demikian artikel kali ini, semoga bermanfaat.
–
Artikel ini ditulis oleh Adi M. Soekirno, S.Psi, MBA, beliau adalah alumni Universitas Gadjah Mada.
Selain itu beliau juga merupakan Direktur PT Mahatma Javakode, perusahaan yang bergerak dalam pengembangan software HR System dan Direktur PT Pinasthika Adhi Konsultama yang bergerak dalam pengembangan SDM & Sistem Manajemen.
Beliau pun dikenal sebagai konsultan pengembangan sistem MSDM, trainer, asesor dan penulis buku (sudah ada 7 buku).
Beliau mempunyai pengalaman praktis lebih 20 tahun sebagai praktisi MSDM di beberapa perusahaan multi nasional seperti Newmont Nusa Tenggara, Gobel, Astra Group dan Pinasthika.
Dalam kegiatan profesi, beliau merupakan anggota SHRM Profesional Membership dan ASTD, serta pendiri IHRAA
(Indonesian Human Resource System Analyst Association).
Adi M. Soekirno, S.Psi, MBA dapat dihubungi melalui email adi.ms@pinasthika.co.id
–
Salam HR
ManajemenSDM.net – Portal Terbaik Belajar Ilmu Manajemen SDM (HR) di Indonesia
disclaimer : semua yang tertulis disini adalah opini pribadi penulis
Untuk pertanyaan dan diskusi silakan menghubungi kami di kolom komentar atau hubungi kami di :
Email : admin@manajemensdm.net
Official WAÂ : 08986904732 (Whatsapp Only)
ManajemenSDM.net – Portal Terbaik Belajar Ilmu Manajemen SDM (HR) di Indonesia