Coaching & Counseling
Semangat pagi para pembaca setia ManajemenSDM.net
Hari ini ada lanjutan artikel yang sangat menarik tentang leadership series.
Sembari menikmati udara segar hari ini, mari kita telaah bersama artikel hari ini.
–
Oiya, artikel hari ini ditulis oleh salah satu jagoan di dunia HR dan merupakan salah satu bagian dari buku terbaru yang sedang beliau tulis. Yuk langsung cekidot.
–
“Leadership is a matter of having people look at you and gain confidence…If you’re in control, they’re in control.†— Tom Landry, Head Coach Dallas Cowboys (1960-88)
Dalam setiap organisasi umumnya terdapat masalah berinteraksi antara satu orang dengan orang lainnya.
Apabila hubungan interaksi di suatu perusahaan buruk, perlu bagi perusahaan untuk melakukan coaching & counseling.
Seorang LEADER mesti mampu dan terampil melakukan ini.
Coaching yang efektif sulit dijalankan ketika prestasi para anak buah tidak seperti yang diharapkan, ketika sikap mereka negatif, ketika tingkah lakunya mengganggu, atau ketika terjadi perselisihan antar pribadi dalam organisasi.
Setiap saat LEADER harus menolong bawahannya dalam mengubah sikap atau tingkah laku mereka, coaching atau counseling dibutuhkan.
Dalam situasi ini, atasan dihadapkan pada tanggung jawab untuk memberikan timbal balik yang negatif pada bawahannya atau membuat bawahan mengenali masalah yang tidak mau mereka akui.
LEADER harus mengkritik dan mengoreksi bawahan, tetapi harus dilakukan dengan cara yang memberikan fasilitas agar dihasilkan pekerjaan yang baik, tidak menyinggung perasaan, dan terjalin hubungan yang positif.
Yang menjadi tantangan dalam coaching dan counseling adalah risiko bila anak buah tersebut tersinggung atau pindah tempat.
Risiko tersebut sangat tinggi sehingga banyak LEADER menghindari reaksi dari pekerja dengan mengambil pendekatan yang keras (diperbaiki atau keluar/ “shape-up-or-ship-out†approach ) untuk memperbaiki sikap atau tingkah laku.
Atau mereka mengambil tindakan yang lembut untuk menghindari perasaan takut disakiti atau menghancurkan hubungan (“don’t-worry-be-happy†approach).
Tentu saja, keahlian dalam coaching dan counseling dibutuhkan, misalnya ketika seseorang membutuhkan orang lain untuk mendengarkan masalah mereka, atau ketika ingin komplain.
Kadang-kadang mendengarkan adalah bentuk couching dan counseling yang paling efektif.
Walaupun dalam situasi ini tidak menimbulkan tersinggung, sakit hati, atau rusaknya hubungan, namun tetap dibutuhkan keahlian komunikasi yang cakap.
Terdapat dua masalah komunikasi dasar dalam mengelola anak buah yang dihadapi oleh seorang LEADER, yaitu :
#1 : Coaching
Masalah coaching adalah masalah dimana LEADER harus memberikan nasihat, informasi, atau menetapkan standar untuk anak buahnya.
Bawahan harus diberi nasihat bagaimana untuk mengerjakan pekerjaan lebih baik, serta dilatih untuk prestasi yang lebih baik.
Masalah coaching biasanya disebabkan kurangnya kemampuan, kurangnya informasi atau pengertian, dan/atau ketidakcakapan dari bawahan.
Dalam kasus ini, keakuratan informasi yang disampaikan LEADER adalah penting.
Anak buah harus mengerti dengan jelas apa masalahnya dan bagaimana mengatasinya.
— Baca : Kumpulan Dokumen HRD, dapatkan disini
#2 : Counseling
LEADER perlu untuk menasehati bawahan daripada melatih mereka ketika masalahnya berkaitan dengan sikap, seperti contohnya adalah sering berselisih, bersikap bertahan, atau faktor lain yang berkaitan dengan emosi.
Seorang LEADER semestinya bisa memainkan perannya secara piawai.
Kapan ia harus melakukan Coaching, dan kapan mesti melakukan Counseling.
Coaching ditujukan pada masalah kemampuan dan pendekatan dari atasan adalah “Saya dapat membantu anda melakukan ini lebih baikâ€.
Sedangkan, counseling ditujukan pada masalah sikap, dan pendekatan dari atasan adalah “Saya dapat menolong anda mengenali masalah yang adaâ€.
Melakukan Coaching dan Counseling sepertinya mudah, tapi ternyata tidaklah semudah dalam prakteknya.
Banyak masalah melibatkan coaching dan counseling dimana seringkali atasan harus memberikan petunjuk dan nasihat (coaching) dan juga menolong memberikan pengertian dan keinginan untuk berubah (counseling).
Dalam situasi demikian, maka adalah penting mengenali perbedaan dua tipe masalah tersebut.
Seringkali ketidakcocokan masalah dengan pendekatan komunikasinya dapat memperburuk masalah daripada memecahkannya.
Maka tulisan terdahulu tentang SUPPORTIVE COMMUNICATION menjawab hal ini.
NB : silahkan baca artikel lain tentang SUPPORTIVE COMMUNICATION DISINI.
–
Demikian artikel kali ini, semoga bermanfaat.
–
Artikel ini ditulis oleh Adi M. Soekirno, S.Psi, MBA, beliau adalah alumni Universitas Gadjah Mada.
Selain itu beliau juga merupakan Direktur PT Mahatma Javakode, perusahaan yang bergerak dalam pengembangan software HR System dan Direktur PT Pinasthika Adhi Konsultama yang bergerak dalam pengembangan SDM & Sistem Manajemen.
Beliau pun dikenal sebagai konsultan pengembangan sistem MSDM, trainer, asesor dan penulis buku.
Beliau mempunyai pengalaman praktis lebih 20 tahun sebagai praktisi MSDM di beberapa perusahaan multi nasional seperti Newmont Nusa Tenggara, Gobel, Astra Group dan Pinasthika.
Dalam kegiatan profesi, beliau merupakan anggota SHRM Profesional Membership dan ASTD, serta pendiri IHRAA
(Indonesian Human Resource System Analyst Association).
Adi M. Soekirno, S.Psi, MBA dapat dihubungi melalui email adi.ms@pinasthika.co.id
–
Salam HR
ManajemenSDM.net – Portal Terbaik Belajar Ilmu Manajemen SDM (HR) di Indonesia
disclaimer : semua yang tertulis disini adalah opini pribadi penulis
Untuk pertanyaan dan diskusi silakan menghubungi kami di kolom komentar atau hubungi kami di :
Email : admin@manajemensdm.net
Official WAÂ : 08986904732 (Whatsapp Only)
ManajemenSDM.net – Portal Terbaik Belajar Ilmu Manajemen SDM (HR) di Indonesia